Islam Persatuan adalah gagasan pemikiran Islam yang berupaya mengembangkan trilogi ukhuwah (persaudaraan) yaitu persaudaraan seagama (ukhuwah Islamiyah), persaudaraan sebangsa dan se-tanah air (ukhuwah wathoniyah) dan persaudaraan karena sesama manusia/kemanusiaan (ukhuwah basyariyah). ||
Islam Persatuan adalah gagasan pemikiran Islam yang berupaya mengembangkan trilogi ukhuwah (persaudaraan) yaitu persaudaraan seagama (ukhuwah Islamiyah), persaudaraan sebangsa dan se-tanah air (ukhuwah wathoniyah) dan persaudaraan karena sesama manusia/kemanusiaan (ukhuwah basyariyah).
Di dalam upaya mengembangkan trilogi persaudaraan tersebut, Islam persatuan merumuskan pelbagai metodologi baik dalam tataran pemikiran teoritis maupun praksis.
Diantaranya, pertama, mencari penyebab dan faktor-faktor yang dapat menyatukan dan mewujudkan persaudaraan di atas. Sekaligus mendeteksi berbagai kemungkinan yang menyebabkan perpecahan umat Islam, bangsa Indonesia dan umat manusia.
Kedua, mengurangi kecurigaan antar kelompok yang tidak pada tempatnya.
Ketiga, mengurangi ujaran kebencian, caci maki, permusuhan dan saling menghujat antar kelompok dan golongan dalam agama, negara maupun dunia dengan menyebar label-label atau stigma pemikiran yang dapat merusak persaudaraan.
Dalam praksisnya, Islam persatuan
mengembangkan dan menggiatkan dialog dan diskusi lintas kelompok dan ormas dalam Islam, lintas negara dan lintas agama berbasis nilai-nilai yang sama dan disepakati.
Dialog itu terinspirasi dari manhaj Qawasim Musytarokah yang digagas oleh para ulama Hadromaut dan juga oleh fakta sejarah pengutusan Sayyidina Abdullah bin Abbas oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib untuk berdialog dengan santun kepada kelompok khawarij (Islam Radikal). Ribuan khawarij berhasil dikembalikan oleh Sayyidina Ibnu Abbas RA dengan metode dialog yang santun/berakhlak mulia.
Dalam konteks Indonesia, konsensus nasional tahun 1928 belum ada yang dapat ditandingi oleh konsensus nasional setelahnya ketika dia sudah menjadi kesepakatan untuk satu bangsa dan satu tanah air, yaitu Indonesia.
Hari tersebut bisa disebut juga sebagai hari persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathaniyah). Seluruh kelompok pemuda di nusantara rela menanggalkan fanatisme kedaerahan.
Begitu juga Risalah Amman di Yordania pada tahun 2005 yang dapat mengumpulkan 200 ulama seluruh dunia dan melahirkan konsensus umat Islam sedunia tentang kesepahaman berbagai madzhab dalam Islam dan larangan mengkafirkan 8 madzhab dalam Islam (hanafi, maliki, syafii, hanbali, ja'fary, zaidi, zhahiriy dan ibhadiy).
Indonesia diwakili oleh almaghfur lah, KH Hasyim Muzadi dan Hj Tuty Alawiyah AS.
Dalam analisa Islam persatuan, salah satu kendala terwujudnya persaudaraan Islam, kebangsaan maupun universal adalah adanya beban masa lalu/trauma.
Sebagian kelompok menolak berdamai, kompromi, rekonsiliasi dan bersatu dengan alasan masa lalu. Contoh, sebagian kelompok menilai kelompok lain yang berbeda dengannya punya dosa masa lalu. Fakta sejarah bahwa kelompok tersebut telah melakukan kejahatan kemanusiaan dan pembunuhan di mana-mana.
Trauma masa lalu masih menjadi momok bagi persaudaraan dan persatuan umat manusia.
Tak ada rekonsiliasi kepada kelompok-kelompok yang bermasalah di masa lalu.
Belum lagi anggapan jika suatu kelompok sudah dianggap benalu dan virus bagi kelompok lain. Maka masa depan persatuan umat pun menjadi suram. Seolah tak ada lagi pintu dialog yang terbuka sebagai titik awal persatuan.
Hari ini yang kita saksikan di tengah masyarakat adalah hanya caci maki, saling menghujat dan membenci, merasa diri paling benar yang ditunjukkan para tokoh, kelompok dst.
Pertanyaannya, Apakah persaudaraan bisa terwujud dengan cara demikian ???. Wallahu a'lam bisshawab *
Oleh : Darul Qutni, S.S. I
(Alumni Program Internasional Mesir - Indonesia UIN Jakarta