KH Yusuf Hidayat, Jalsatudduah Depok, NU Depok, Kitab Tanbihul Mughtarrin
Forum
Kajian Jalsatudduah Kota Depok dan sekitarnya mengadakan kajian ilmiah di
pesantren At-Tibyan, Jl. Wadas Raya, Depok, Minggu 29 April 2018. Dalam forum
kajian yang digelar rutin bulanan bagi para ustadz itu, Muallim KH. Dr.
Muhammad Yusuf Hidayat, membahas isi kitab kitab
Tanbihul Mughtarrin karya Syaikh Abdul Wahhab Asy-Sya'roniy.
KH. Dr Yusuf Hidayat (kiri), Habib Muhammad bin Thohir (kanan) |
Di
antara penjelasannya, Katib Syuriah PCNU Kota Depok ini menjelaskan seputar sikap
orang-orang kafir ketika mendapat nikmat dan cobaan. Orang-orang kafir
sesungguhnya adalah yang tertipu dan rugi. Mereka menganggap diri mereka telah
mendapatkan kenikmatan lantaran kehidupan mereka dilimpahi oleh berbagai
kenikmatan. Sebaliknya, pada saat mereka diterpa oleh berbagai cobaan dalam
kehidupannya, mereka justru mengganggap bahwa Allah sedang menghina dan
merendahkan diri mereka.
Sikap
orang-orang kafir tersebut sangat berbeda dengan sikap orang-orang yang beriman
kepada Allah dalam menyikapi berbagai kondisi kehidupan yang dijalaninya. Menurut
pengasuh Pesantren At-Tibyan yang juga alumni pesantren Al-Awwabin ini, orang
yang beriman kepada Allah memandang bahwa kenikmatan dan cobaan, (ni`mat wan
niqmah) sesungguhnya adalah sama-sama sebuah ujian dari Allah kepada mereka
selaku hamba-Nya.
Oleh
karena itulah, orang yang beriman adalah sosok hamba Allah yang selalu berusaha
untuk bersyukur kepada Allah di saat mereka mendapatkan kenikmatan nerupa
limpahan harta kekayaan. Dan ketika Allah memberikan ujian dan cobaan
dengan kemiskinan dan kemelaratan, orang
yang beriman mengedepankan sikap sabar saat menjalani dan menghadapinya. Sikap inilah
yang membedakan seorang yang beriman dengna orang yang kafir dalam menyikapi
kondisi kehidupan.
Dalam
acara ini, KH. Yusuf Hidayat juga mendapatkan kehormatan dan cinderamata berupa
ijazah pemakaian sorban yang disampaikan langsung oleh Habib Muhammad bin
Thohir. Beliau merupakan Koordinator Jalsatudduah Jabodetabek
dan Pengurus Pusat Majelis Muwasholah yang diprakasi oleh Habib Umar bin Hafidz.
Habib Muhammad dalam sambutannya sangat mengapresiasi keilmuan KH. Yusuf Hidayat,
khususnya karya dan dedikasianya dalam pengajaran ilmu Falak, yakni ilmu
pengetahuan perihal hisab dan rukyat. Di kalangan masyarakat Depok dan
sekitarnya, KH. Yusuf Hidayat juga dikenal aktif mempopulerkan dan mengajarkan
ilmu Falak ke berbagai kalangan di berbagai tempat. Oleh karena itu, Habib
Muhammad berharap pengajaran ilmu Falak ke depannya juga dapat terintegrasi ke
dalam agenda Jalsatudduah Jabodetabek.
Acara
Forum kajian sekaligus penutupan sementara (tawaquf) karena menghadapi datangnya
bulan Suci Ramadhan ini berakhir pada pukul 12.00. Selesai acara penutupan,
para peserta yang hadir dari Depok dan sekitarnya itu saling beramah
tamah.
Peran Penting Jalsatudduah
Pada
Forum Kajian Jalsatudduah Depok yang digelar di Pesantren At-Tibyan ini juga
menjadi pertemuan terakhir sebelum jeda sementara selama bulan Suci Ramadhan.
Ketua Jalsatudduah Jabodetabek, Habib Muhammad bin Thohir secara khusus hadir
dalam kegiatan penutupan sementara ini.
Beliau
mengungkapkan dalam sambutannya, meski forum kajian ini jeda sementara
di bulan Ramadhan bukan berarti kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Forum
Jalsatudduah berhenti seluruhnya. Beliau mengatakan bahwa Program Jalsatudduah
di Bulan Ramadhan bisa dalam bentuk pesantren kilat atau kajian seputar
Ramadhan yang sangat dibuthkan oleh orang awam seperti persoalan puasa dan
zakat. Hal tersebut, lanjutnya, sebagaimana yang dilakukan oleh Habib Ahmad bin
Jindan di Tangerang Kota mengadakan pengajian seputar permasalahan zakat.
Selain
itu hal lain yang dapat dilakukan oleh Forum Jalsatudduah selama bulan Ramadhan
meramaikan masjid dengan kultum maupun kajian lepas. Itu, menurutnya, bisa
dilakukan dengan mengirim berbagai ustadz dan dai ke berbagai masjid sebagai
penceramah maupun pengisi kultum dan kajian lepas.
Habib
Muhammad mengingatkan para ustadz dan dai yang tergabung dalam Jalstaudduah tentang
pentingnya mengajarkan berbagai pengetahuan dasar dan praktis terkait ilmu
agama. Menurutnya, berbagai pengetahuan dasar seputar ajaran agama Islam
sesungguhnya masih sangat dibutuhkan di tengah masyarakat.
Terkait
hal itu beliau lalu menceritakan tentang pengalamannya saat berkunjung ke
daerah Kalapa Nunggal, Sukabumi, dimana kala itu ada seorang ibu yang meminta
kepadanya agar anaknya diajarkan membaca surat Al-Fatihah. Beliau pun akhirnya
mengajarkan anak tersebut. Hal ini, tegasnya, menjadi hal penting yang harus
diingat oleh seorang pendakwah dalam berdakwah, sebagaimana prinsip dakwah yang
diajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad. “Sampaikan dariku walau satu ayat,”
tukas beliau. (admin)